Jumat, 07 Desember 2012
Naskah Drama buat 10 orang Sahabat Yang tertunda
Adegan 1:
Ps menyanyikan lagu “only hope” di atas panggung, sedangkan Pupu memotretnya dari kursi penonton.
Ps: (bernyanyi)
Pupu: (asik mengambil gambar ps dari bawah panggung)
Setelah acara selesai...
Pupu: bagaimana dengan yang ini? Ini? (sambil menunjukkan berlembar-lembar foto yang dibawanya)
Ps: tidak, tidak, tidak.. emm, yang ini boleh juga (hampir seluruh foto dikembalikannya kepada Pupu, sedangkan sisanya dimasukkan ke dalam dompet. Namun tanpa sadar foto itupun terjatuh. Dan mereka yang tak menyadarinya pun langsung pergi begitu saja)
Adegan 2:
Pagi-pagi sekali handphone milik ps telah berbunyi, tanda sms masuk. Ps mengambil handphone nya dan membaca sms yang datang.
Ps: sudah siap untuk tes masuk club hari ini? (kemudian mengetik sms balasan untuk Pupu)
Pupu: (membaca sms yang masuk) tentu saja.. kita bertemu di sana. Uh, dia selalu saja begini (menggelengkan kepala dan bersiap untuk pergi keluar rumah)
Sesampainya di tempat tes..
Pupu: sepertinya aku akan sangat gugup di dalam nanti
Ps: tenang saja, kita akan berhasil (mausk ke ruang tes dengan congkaknya)
Wawa: kalian akan berduet? (sambil menunjuk Pupu dan Ps dengan bolpoin yang digenggamnya)
Ps: seperti yang kau lihat (berkata dengan acuhnya)
Usi: baiklah, silahkan mulai (menatap dengan senyum yang mengembang)
Kemudian Pupu dan Ps menyanyikan lagu “maybe”. Dan setelah mereka berdua selesai bernyanyi, salah satu juri pun tersenyum sinis. Namun tak bersuara hingga juri yang lainnya mulai buka suara.
Wawa: baiklah, sepertinya sulit untuk memasukkan kalian berdua ke club ini bersama-sama. Bagaimana jika salah satu dari kalian akan di eleminasi?
Pupu: tidak, aku tidak akan masuk ke club ini jika dia tidak dapat ikut dalam club ini
Ps: tidak, aku akan tetap maju tanpa dia (berkata dengan santai dan pongahnya)
Pupu: apa yang kau katakan tadi? (raut wajahnya mulai terlihat lesu)
Ps: ya, aku akan tetap ikut club ini walau tanpa dirimu
Usi: tapi dia yang akan masuk club ini, bukan dirimu (senyum sinisnya belum juga sirna dari wajahnya)
Ps: siapa yang akan masuk? Dia? (menunjuk pupu yang sedaritadi menunduk lesu)
Usi: iya (mengangguk dengan mantapnya)
Ps: kau tuli, ha? Apakah kau tak mendengar ada nada hyang meleset saat ia bernyanyi tadi (katanya dengan gusar)
Wawa: tapi itulah keputusan kami dan tak dapat kau ganggu gugat.
Usi: kami lebih mengerti musik daripada kau anak manis (semburat senyum sinis sudah tak terlihat lagi, namun suaranya berubah datar dan kian dingin)
Ps: baiklah jika harus seperti itu. Siapa juga yang ingin masuk club tolol seperti ini. Ayo, kita pergi dari sini. (tangannya menarik lengan Pupu dengan gusar)
Pupu: tidak.. (katanya dingin)
Ps: apa? (katanya setengah berteriak kepada Pupu)
Pupu: aku akan tetap disini, pergi saja jika kau ingin pergi (melepaskan pegangan Ps)
Ps: oh, baiklah.. kalau seperti itu mulai detik ini kau bukan lagi sahabatku, Pupu. (katanya marah)
Pupu: sejak dulu aku memang bukan sahabatmu. Kau perlakukan aku seperti pembantumu (katanya berbalik marah)
Ps: ya, tentu saja. Karena kau hanyalah pecundang menyedihkan bagiku, pengkhianat
Pupu: (tersenyum sinis tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada ps)
Usi: ini kalung keburuntunganmu Pupu,
Pupu: (mengambilnya kemudian tersenyum puas kepada ps)
Ps: memuakkan! (pergi dengan marah)
Adegan 3:
Ditengah perjalanan pulang Ps marah-marah sendiri. Dia berteriak dengan kesal di jalanan, sampai akhirnya ada seorang wanita muda yang mengharmpirinya.
Septia: apakah ini milikmu? (mengulurkan selembar foto Ps yang sedang bernyanyi di panggung)
Ps: iya, bagaimana kau bisa mendapatkannya? (merogoh tas, dan mencari dompet di dalamnya) tak ada, apakah kau mencurinya?
Septia: tidak, aku menemukannya di dekat gedung tempat kau bernyanyi. Lagipula guru Wawa menitipkan ini untukmu (memberikan sebuah surat)
Ps: (menjangkau suratnya dengan lasak) apa ini?
Septia: tak tahu, bacalah (pergi meninggalkan Ps seorang diri)
Ps: (membaca surat tersebut dengan mata berbinar) hha, ternyata aku mendapat beasiswa masuk club itu. Aku akan menjadi murid istimewa.
Adegan 4:
Bel berbunyi. Saat semua murid masuk ke dalam ruang club, ps berjalan dengan santai ke ruang musik. Di tengah jalan ada dua gadis yang datang menghampirinya, Berli dan Rarap.
Berli: kau mau kemana?
Ps: club musik
Rarap: bukannya kau tidak diterima?
Ps: yang benar saja, aku murid istimewa?
Berli: benarkah? Kita sama, aku dan dia murid istimewa juga
Ps: (melihat penampilan Berli dan Rarap dari bawah ke atas)
Rarap: kenapa? Ada yang salah?
Berli: memang murid istimewa bukanlah yang terbaik, tapi murid buangan di club ini
Ps: apa?
Rarap: iya, murid buangan. Ayo kita masuk ruang ini. (menarik lengan PS menuju ke sebuah ruangan gelap dan pengap)
Berli: inilah dia, ruang anak istimewa
Ps: kalian sangat lucu.. ha..ha (tertawa datar dengan ekspresi bosan)
Rarap dan Berli tidak berkata apa apa karena seorang guru telah datang menghampiri mereka
Wawa: hey, kenapa kalian masih berdiri? Duduklah.
Ps: (celingak celinguk ke sana kemari, bingung karena semua kursi berserakan dan tak tertata rapi)
Wawa: yah, aku mengerti. Silahkan duduk dimanapun kau suka
Berli dan Rarap akhirnya duduk berdampingan, akhirnya Ps mengikutinya juga
Wawa: baiklah, kita akan membahas mengenai nada-nada musik yang akan kalian tulis?
Berli: kapan kita akan bernyanyi? (tanyanya bersemangat)
Usi: murid buangan, ups maksudku murid istimewa tidak akan bernyanyi nona cilik. Kalian hanya akan mengiringi kami para murid terpilih. Hei, maaf atas gangguannya bu, aku hanya numpang lewat disini (senyumnya terlihat meremahkan dan juga tak terlihat bersahabat)
Rarap: mengerikan!
Adegan 5:
Bunyi bel telah berdentang dua kali, sehingga para murid masuk ke kelasnya masing-masing.
Usi: anak-anak sebentar lagi sekolah akan mengadakan pentas seni, dan dari club musik haruslah menyumbangkan sesuatu untuk pertunjukkan.
Septia: apakah club istimewa akan ikut juga?
Usi: tentu saja tidak.
Liya: baguslah.
Di koridor, Ps pun terperanjat ketika mendengar hal itu. Akhirnya dia pun memutuskan untuk mengadukannya kepada wawa, guru pembimbingnya. Namun, wawa bni sudah seperti berkata bahwa seperti itulah keadaannya. Tetapi ps tetap saja memohon dan memaksa agar diikutkan ke pentas tersebut. Sehingga wawa pun akhirnya setuju dan memutuskan untuk berunding kembali dengan usi, guru pembimbing musik yang satunya.
Wawa: ayolah, bukan hanya muridmu saja yang ingin tampil, muridku juga sudah berusaha keras untuk masuk ke club ini.
Usi: baiklah, jika memang seperti itu, lakukan saja yang terbaik dan kalahkan kami.
Wawa: baik, kita akan lihat nanti.
Adegan 6:
Satu bulan kemudian... semua murid sudah berlatih dengan giat dan tekun, saatnya pentas dimulai. Semuanya sudah mendapatkan gilirannya masing masing, sekarang saatnya pupu dan teman temannya bernyanyi.
Pupu, Liya, dan Septia akhirnya menyanyikan lagu “the boys”. Saat mereka selesai bernyanyi, tepuk tangan terdengar riuh rendah. Mereka pun turun dari panggung dan selanjutnya adalah giliran kelompok Ps, Rarap dan Berli yang akan membawakan lagu “only hope”. Setelah pertunjukkan mereka selesai, respon dari penonton jauh lebih meriah daripada penampilan Pupu dan teman temannnya.
Saat juri memutuskan untuk memberitahukan siapa pemenangnya, semua murid yang tadi ikut berlomba berkumpul diatas panggung.
Wawa: baiklah, ini dia juara kedua kita... Pupu, Liya, dan Septia.
Penonton: (bertepuk tangan)
Usi: dan inilah juara pertama kita, Ps, Rarap dan Berli.
Penonton: (bertepuk tangan lagi)
Pupu dan Liya terkejut, sedangkan Septia memberikan selamat kepada Ps dan teman temannya. Kemudian Liya pun mengikutinya, setelah itu dia pun berkata.
Liya: ayolah, kita tidak bisa seperti ini terus menerus. Ayo kita minta maaf dengan mereka.
Pupu: tapi.. tapi.. (katanya terbata bata)
Liya: ayolah, kita sudah kalah telak. Apalagi yang ingin kita sombongkan?
Pupu: baiklah.. emm, Ps, aku minta maaf jika selama ini aku menyulitkanmu.
Ps: tak apa, aku mengerti alasanmu membenciku saat itu
Pupu: maaf
Ps: tidak, ini salahku juga karena selalu membuatmu tak terlihat seperti sahabat.
Pupu: hahah, tak apa, lupakan saja. Itu sudah berlalu
Ps: ya, tentu saja.. jadi kita berteman lagi?
Pupu: tidak, kita bersahabat lagi
Pada akhirnya semua pun kembali seperti semula bahkan lebih baik dan berakhir bahagia. Mereka berteman. Tradisi murid istimewa yang diabaikan, ditiadakan. Semua berjalan sempurna, hingga waktu yang akan datang, semua murid club musik mencapai cita citanya dengan kerja keras, mereka telah sukses dan tetap berteman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar